Rumah Pabrikasi, Teknologi Solusi Untuk Negeri

      Seiring perkembangan zaman, dengan pertumbuhan manusia yang sangat pesat. Menuntut manusia untuk mengatur bumi dengan berbagai sumber daya alam guna dimanfaatkan secara optimal. Pertumbuhan penduduk yang terus berkembang dari tahun-ketahun mengakibatkan permintaan akan hunian semakin melonjak tiap tahunnya. Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, kebutuhan perumahan di Indonesia mencapai 13.526.000 unit. Sebaran backlog tersebut ialah Pulau Sumatera 2.963, Jawa 7.794, Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara 692, Kalimantan 805, Sulawesi 950, Kepulauan Maluku 139, dan Papua 183 unit. Dengan angka 13,6 juta unit dan pertumbuhan 800 ribu unit per tahun yang dibutuhkan, padahal pengembang dan pemerintah di Indonesia hanya mampu menyediakan 300 – 400 ribu unit pertahunnya. Artinya masih mempunyai angka minus terlalu besar jika ingin segera memenuhi permintaan pasar. Dalam hal ini menjadi perhatian khusus bagi para penyedia layanan hunian untuk menciptakan sebuah hunian yang nyaman, awet, murah, dan cepat dalam pengerjaan. Selain daripada dana yang dibutuhkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi lambatnya pertumbuhan penyedia layanan perumahan karena sebagian besar pengembang di Indonesia masih memakai teknologi konvensional. Dalam sistem ini kurang lebih dibutuhkan sekitar 3-4 bulan untuk pembangunan satu unit rumah tipe 36 dengan 6 pekerja. Jelas waktu merupakan faktor kedua yang menghambat Indonesia selalu tertinggal dalam melayani permintaan pasar. Terutama dalam masalah hunian masyarakat.

Dalam dunia konstruksi sekarang dikenal dengan adanya teknologi rumah pabrikasi yang bisa menghemat kedua faktor diatas. Selain dana yang dibutuhkan menjadi lebih murah dan waktu yang lebih singkat dalam pengerjaannya. Pabrikasi adalah sistem pembangunan yang semua panel sudah dibuat di pabrik dan siap dibangunan hanya dengan menggabungkan panel-panel yang dibutuhkan sesuai desain. Jika kita melihat beberapa dekade ke belakang, seseorang yang ingin mempunyai perangkat meubel di rumahnya harus mendatangkan tukang, bahan material kayu dan sejenisnya, harus membuatnya dahulu dan butuh proses yang lama. Tetapi sekarang diera yang serba modern ini, jika seseorang ingin memiliki perangkat meubel hanya perlu datang ke toko meubel dan memilih desain meubel sesukanya dan waktu menjadi lebih cepat. Hal inilah yang ditawarkan konsep rumah pabrikasi, jika seseorang ingin membangun rumah tinggal datang ke pelayan jasa rumah pabrikasi memilih desain, persiapan lahan dan hanya beberapa hari saja rumah yang dipesan sudah siap huni. Karena semua komponen rumah sudah siap untuk dirakit. Singkatnya teknologi ini disebut sebagai Rumah prefabrikasi (disingkat prefab) adalah rumah yang kontruksi pembangunannya cepat karena menggunakan modul hasil fabrikasi industri (pabrik). Komponen-komponennya dibuat dan sebagian dipasang oleh pabrik (off site). Setelah semuanya siap, kemudian diangkut ke lokasi, disusun kembali dengan cepat, sehingga tinggal melengkapi utilitas (utility) serta pengerjaan akhir (finishing). Dengan demikian, beberapa manfaat seperti waktu konstruksi yang cepat, lingkungan pembangunan yang lebih bersih, dan biaya yang lebih murah, dapat diraih. Karena biasanya berdasar atas modul, maka keleluasaaan pemilihan disain pun menjadi terbatas pada apa yang telah tersedia.

Jika kita melihat perkembangan rumah pabrikasi di negara-negara maju sebagai contoh kasus di Eropa dan Jepang. Rumah prabikasi hanya mempunyai satu definisi. Yaitu sebagai rumah dengan modul tertentu dan dibangun layaknya rumah biasa (dari satu lantai sampai low rise house). Bedanya adalah sebagian dari komponennya banyak yang diselesaikan di pabrik. Dengan banyaknya proyek rehabilitasi permukiman atau pembangunan massal, rumah prefab banyak menjadi pilihan karena kecepatan pembangunannya dan murah. Kayu banyak digunakan sebagai pilihan utama material bangunan karena sifat fleksibiltiasnya (menyangkut teknologi pada saat itu). Dari kayu ini, saat ini material bangunan untuk rumah prefab sudah sangat beragam, seperti beton pracetak (precast concrete), baja ringan (light gauge-steel), kayu lapis (timber framed) dan beragam materi mutakhir lainnya. Dari produksi massal, saat ini masyarakat bisa memilih rumah-rumah prefab itu secara individu dengan hanya memilih disain di katalog atau ruang pamer (housing plaza) dan beberapa modifikasi yang dimungkinkan. Rumah akan berdiri dalam waktu pengerjaan (construction time) tak lebih dari sebulan setelah semua syarat (termasuk tanah tentunya) tersedia.

            Dewasa ini, imej rumah pabrikasi sebagai rumah semi permanen mulai pudar. Bahkan di Jepang anggapan rumah pabrikasi adalah rumah sementara itu hampir tidak ada. Objektivitas ini didukung oleh budaya bermukim di Jepang dan erat hubungannya dengan dasar-dasar rumah Jepang itu sendiri, seperti adanya kebiasaan penggunaan modul untuk ukuran ruang. Perkembangan aspek-aspek kenyamanan, gaya, fungsi, kekuatan, kemudahan perawatan, dan keterjangkauan dari rumah pabrikasi ini menjadikannya mengalami peningkatan dalam penjualan. Selain itu respon terhadap isu berkeberlanjutan mulai lebih diperbarui dengan pemanfaatan material-material bangunan ramah lingkungan (eco friendly materials), seperti penggunaan bahan-bahan daur ulang (recycled materials) dan sistem fisika bangunannya pun lebih bertumpu pada solar atau hybrid power system.  Meskipun terdapat keterbatasan disain (minimalis) pada disain rumah pabrikasi, namun pada kenyataannya produksi rumah prefab di Jepang  menunjukkan kecenderungan naik akhir-akhir ini (dari tahun 1991-2000 tiap tahun terdapat pembangunan sekitar 1.2-1.5 juta rumah prefab ini, JREI, 2000). Peran pemerintah, dalam hal ini Pemerintah Jepang dalam mendorong pengembangan rumah pabrikasi sebagai bagian dari metode memperbanyak jumlah rumah layak bagi masyarakat pun berperan besar. Faktor mahalnya harga tanah dan bangunan menjadi faktor penghambat masyarakat memiliki rumah, terutama bagi keluarga muda. Mereka yang memilih tinggal di pinggiran kota atau kota-kota kecil lah yang dibidik sebagai konsumen rumah pabrikasi ini.

                Melihat perkembangan rumah pabrikasi diluar negeri dapat disimpulkan bahwa teknologi ini bisa sangat membantu masalah kekurangan hunian di Indonesia yang mencapai angka yang sangat fantastis. Namun dengan kondisi di Indonesia sekarang perlu diadakannya sosialisasi lebih kepada masyarakat, pengembang perumahan dan sebagainya agar mulai memperhitungkan keunggulan konsep dari teknologi pabrikasi yang jelas lebih unggul dari berbagai aspek.

(Ahmad Hasan)

Popular posts from this blog

HASIL SELEKSI OPEN RECRUITMENT TAHUN 2024

COPPER SLAG SEBAGAI BAHAN TAMBAH CAMPURAN BETON

ABU SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN TAMBAH CAMPURAN BETON