Rumah Pabrikasi, Teknologi Solusi Untuk Negeri

Dalam
dunia konstruksi sekarang dikenal dengan adanya teknologi rumah pabrikasi yang
bisa menghemat kedua faktor diatas. Selain dana yang dibutuhkan menjadi lebih
murah dan waktu yang lebih singkat dalam pengerjaannya. Pabrikasi adalah sistem
pembangunan yang semua panel sudah dibuat di pabrik dan siap dibangunan hanya
dengan menggabungkan panel-panel yang dibutuhkan sesuai desain. Jika kita
melihat beberapa dekade ke belakang, seseorang yang ingin mempunyai perangkat
meubel di rumahnya harus mendatangkan tukang, bahan material kayu dan
sejenisnya, harus membuatnya dahulu dan butuh proses yang lama. Tetapi sekarang
diera yang serba modern ini, jika seseorang ingin memiliki perangkat meubel
hanya perlu datang ke toko meubel dan memilih desain meubel sesukanya dan waktu
menjadi lebih cepat. Hal inilah yang ditawarkan konsep rumah pabrikasi, jika
seseorang ingin membangun rumah tinggal datang ke pelayan jasa rumah pabrikasi
memilih desain, persiapan lahan dan hanya beberapa hari saja rumah yang dipesan
sudah siap huni. Karena semua komponen rumah sudah siap untuk dirakit. Singkatnya
teknologi ini disebut sebagai Rumah prefabrikasi
(disingkat prefab) adalah rumah yang kontruksi pembangunannya cepat karena
menggunakan modul hasil fabrikasi industri (pabrik). Komponen-komponennya
dibuat dan sebagian dipasang oleh pabrik (off site). Setelah semuanya siap,
kemudian diangkut ke lokasi, disusun kembali dengan cepat, sehingga tinggal
melengkapi utilitas (utility) serta pengerjaan akhir (finishing). Dengan
demikian, beberapa manfaat seperti waktu konstruksi yang cepat, lingkungan
pembangunan yang lebih bersih, dan biaya yang lebih murah, dapat diraih. Karena
biasanya berdasar atas modul, maka keleluasaaan pemilihan disain pun menjadi
terbatas pada apa yang telah tersedia.
Jika kita melihat perkembangan rumah pabrikasi di negara-negara maju
sebagai contoh kasus di Eropa dan Jepang. Rumah prabikasi hanya mempunyai satu
definisi. Yaitu sebagai rumah dengan modul tertentu dan dibangun layaknya rumah
biasa (dari satu lantai sampai low rise house). Bedanya adalah sebagian dari
komponennya banyak yang diselesaikan di pabrik. Dengan banyaknya proyek
rehabilitasi permukiman atau pembangunan massal, rumah prefab banyak menjadi
pilihan karena kecepatan pembangunannya dan murah. Kayu banyak digunakan
sebagai pilihan utama material bangunan karena sifat fleksibiltiasnya
(menyangkut teknologi pada saat itu). Dari kayu ini, saat ini material bangunan
untuk rumah prefab sudah sangat beragam, seperti beton pracetak (precast
concrete), baja ringan (light gauge-steel), kayu lapis (timber framed) dan
beragam materi mutakhir lainnya. Dari produksi massal, saat ini masyarakat bisa
memilih rumah-rumah prefab itu secara individu dengan hanya memilih disain di
katalog atau ruang pamer (housing plaza) dan beberapa modifikasi yang
dimungkinkan. Rumah akan berdiri dalam waktu pengerjaan (construction time) tak
lebih dari sebulan setelah semua syarat (termasuk tanah tentunya) tersedia.
Dewasa
ini, imej rumah pabrikasi sebagai rumah semi permanen mulai pudar. Bahkan di
Jepang anggapan rumah pabrikasi adalah rumah sementara itu hampir tidak ada.
Objektivitas ini didukung oleh budaya bermukim di Jepang dan erat hubungannya
dengan dasar-dasar rumah Jepang itu sendiri, seperti adanya kebiasaan
penggunaan modul untuk ukuran ruang. Perkembangan aspek-aspek kenyamanan, gaya,
fungsi, kekuatan, kemudahan perawatan, dan keterjangkauan dari rumah pabrikasi
ini menjadikannya mengalami peningkatan dalam penjualan. Selain itu
respon terhadap isu berkeberlanjutan mulai lebih diperbarui dengan pemanfaatan
material-material bangunan ramah lingkungan (eco friendly materials), seperti
penggunaan bahan-bahan daur ulang (recycled materials) dan sistem fisika
bangunannya pun lebih bertumpu pada solar atau hybrid power
system. Meskipun terdapat keterbatasan disain (minimalis) pada
disain rumah pabrikasi, namun pada kenyataannya produksi rumah prefab di
Jepang menunjukkan kecenderungan naik
akhir-akhir ini (dari tahun 1991-2000 tiap tahun terdapat pembangunan sekitar
1.2-1.5 juta rumah prefab ini, JREI, 2000). Peran pemerintah, dalam hal ini
Pemerintah Jepang dalam mendorong pengembangan rumah pabrikasi sebagai bagian
dari metode memperbanyak jumlah rumah layak bagi masyarakat pun berperan besar.
Faktor mahalnya harga tanah dan bangunan menjadi faktor penghambat masyarakat
memiliki rumah, terutama bagi keluarga muda. Mereka yang memilih tinggal di
pinggiran kota atau kota-kota kecil lah yang dibidik sebagai konsumen rumah
pabrikasi ini.
Melihat
perkembangan rumah pabrikasi diluar negeri dapat disimpulkan bahwa teknologi
ini bisa sangat membantu masalah kekurangan hunian di Indonesia yang mencapai
angka yang sangat fantastis. Namun dengan kondisi di Indonesia sekarang perlu
diadakannya sosialisasi lebih kepada masyarakat, pengembang perumahan dan
sebagainya agar mulai memperhitungkan keunggulan konsep dari teknologi pabrikasi
yang jelas lebih unggul dari berbagai aspek.
(Ahmad Hasan)